Pesta demokrasi tahun 2019 diwarnai dengan banyaknya petugas
KPPS yang meninggal dunia. Tercatat sampai dengan tanggal 22 April 2019
berdasarkan data dari KPU pusat melalui tayangan televisi (Metro TV 22 April
2019 Pukul 18.47), 61 orang meninggal dunia karena kelelahan.
Apa sebenarnya yang menyebabkan proses pemilihan umum
tersebut begitu menguras energi ?
Informasi yang didapat dari beberapa petugas KPPS
menyampaikan bahwa terlalu banyaknya berkas administrasi yang harus dipenuhi
menyebabkan lambatnya penyelesaian pemilihan umum tersebut.
Pelaksanaan pencoblosan per TPS hanya memerlukan waktu sekitar
7 jam, sementara proses pemberkasan kebanyakan menghabiskan waktu antara 10 s.d
20 jam. Memang itu dipengaruhi oleh pemahaman petugas KPPS masing-masing, perlu
pelatihan yg memadai bagi seluruh petugas KPPS, atau mungkin juga perlu
tambahan anggota. Walaupun demikian, kiranya penting untuk mengevaluasi dan membenahi
sistem pemilihan umum yang lebih efektif dan efisien.
Banyaknya partai, banyaknya calon, pemilihan yang serentak
antara Pilpres dengan Pileg, termasuk yang harus dibenahi tanpa mengesampingkan
essensi dari pemilu tersebut yaitu terpilihnya pemimpin Indonesia yang terbaik,
serta para wakil rakyat yang betul-betul pro rakyat.
Prolognya gitu aja deh.....
Nah, sekarang saya pengen ungkapin unek-unek sendiri.
Ketika melihat kertas suara legislatif, saya kaget, kok ada
partai yang nga ada calonnya ? saya bukanlah orang yang berpendidikan tinggi,
bukan juga yang paham politik. Saya berpikir, yang menyusun regulasi itu adalah
manusia, sementara partai diibaratkan rumahnya. Ngapain ikut pemilihan ?
aahh...biarlah orang-orang pintar yang jawabnya.....
Tapi ada juga partai yang calonnya banyaaaaaaak, bingung
mesti milih mana ? apa kompetensi sang calon ? ditanya tugas pokok DPR saja nga
bisa jawab ? hahahaha.....bagaimana kalau dia terpilih ? bisa rusak nih negara
tercinta.
Pikiran bodoh saya gini, semakin banyak partai maka semakin
banyak pula “tokoh” yg positif ataupun negatif. Artinya, kalau positif yaaaa
ikut mendorong dan membangun bangsa, tapi kalau negatif ????? (oposisi
maksudnya), mungkin makin banyak ricuh ya ?? ah berprasangka baik lah.
Terus, semakin banyak calon, mungkin semakin banyak yang
tersakiti, mungkin juga semakin banyak kecurangan. Ujung-ujungnya ???? hmmmm.....
Banyak banget pertanyaan dan harapan akan perbaikan sistem
khususnya pemilu ini. Tapi, biarlah para pemimpin yg koreksi. Mudah-mudahaaan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar